Best Of Me

Abad About abundant Air Akibat Alergi Aneh Anything arti Aturan Automatic awal Bad Bahagia Bali Batasan Bayi Belajar benar ber-arti Berlian besar Best Better Binggung Board Breath Broken Up Bumi Cable Cara Cause Clash of Clans CoC color Connector Connectors Contoh Cornfirmation Crossover Crowdfounding Darah Day Off Definisi Direct Direction DIY download E-Mail easier efek Effect Emosi Ethernet everything example Extra extra ordinary Facebook Fakta Fault Feel feng shui Follow friendship Game of Thrones Gejala Gempa Gila go Google Hackers Hadiah Hancur Happy hari HeadUnit Him Hold holiday Horoscope house How I Ibu iconic Ide Impossible Indonesia Info ingat Insentif Inspire Instagram iphone iphone 7 IQ Jenis Jenius Kabar Kabel Kalah kandang Kanker kecil Keinginan Kenwood Kode Kreatif laba Lahir Lalat Leader leak Legend link Long Love Lyric Mahabarata malam maria Mean memberi Menang Mendengar Mengapa mengeri Mengerti Minds miyabi Modal money Mustahil My Nama Need News Nice NKRI nol Nothing Old Oral Sex Orang Orang Kaya Orlando osawa Own Pamor Panjang Papua Paranoid Parawisata pemberian penjahat Perfect Periods Permen Perubahan Picture Pinterest Play Please pokemon pokemon go Predict Presiden Program Project Proses Qoute Qoute of the Day Quote Ramalan Remote Rendah Responsibilities Safe Sakit Sakit hati Sebab Secret selamat Semangat Sempurna Seputar Film Serba-Serbi Sexiest Skills Social media Steering Succeed Syarat Tahan Tanggung Jawab tidur Time Tipis Tips of the Day TNI Top Tujuan Twitter Uang UFO Umur Understand unique Universal Updates Veni Vici Vidi Virgo Virtual Virus Wajah Warna White Will Willingness Wish Wonder You Zenith Zika Zodiak

Friday, August 17, 2012

Pengalaman Pertama Bung Karno Naik Kuda




Tahun 1946, setahun setelah proklamasi, masih banyak hal-hal aneh, unik, lucu, dan menggelikan terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, rakyat belum mengerti benar arti merdeka. Mereka ada yang mengartikan, merdeka adalah bebas naik kereta api. Jad, manakala kondektur memungut ongkos, mereka tersinggung, “Lho,” teriak rakyat, “kan kita sudah merdeka?”


Terhadap Bung Karno? Tak seorang pun memanggil Tuan Presiden, apalagi Paduka Yang Mulia sebagai sebutan formal. Mereka tetap saja menyebut “Presiden Bung Karno”, gabungan dari jabatan resmi dan panggilan akrab sehari-hari. Begitu Bung Karno menceritakan situasi awal-awal kemerdekaan kepada penulis biografinya, Cindy Adams.

Kejadian menarik juga menimpa Bung Karno ketika tanggal 5 Oktober 1946, Angkatan Perang kita (sekarang TNI) hendak merayakan ulang tahun yang pertama. Dalam salah satu tata cara upacara militer yang sudah direncanakan semegah-megahnya untuk ukuran negara berusia satu tahun, Presiden Republik Indonesia Soekarno, harus melakukan inspeksi pasukan… naik kuda!

Persoalannya adalah… Bung Karno tidak pernah naik kuda. Pergaulan Bung Karno dengan seekor kuda pada masa-masa sebelumnya, tak lebih dari sekadar menepuk-nepuk kuduknya. Demi mengetahui hal itu, Fatmawati, istrinya, ikut cemas. “Jadi, bagaimana caranya,” tanya Fatma. Bung Karno menjawab, “Pertama, aku hendak menghadapi kenyataan bahwa aku orang yang pelagak… Aku akan belajar naik kuda!”

Fatma belum hilang rasa cemasnya, “Kan pawainya besok?” Lalu Bung Karno menjawab, “Ya, aku akan belajar dalam satu hari.”

Akhirnya, seorang perwira kavaleri tekun memberikan pelajaran berkuda kepada presidennya. Dan di akhir sesi latihan, kepada si perwira kavaleri itu, Bung Karno menyampaikan pesan dengan suara pelan… “Untuk pawai besok, berilah saya kuda yang paling lunak, paling tua, paling jinak dan hampir mendekati kematiannya….”

Tak bisa dimungkiri, Bung Karno sebenarnya memendam rasa cemas dan khawatir. Apa jadinya kalau dalam pawai inspeksi pasukan besok si kuda menjadi beringas dan tak terkendali? Bagaimana kalau ia kemudian terpental dari punggung kuda? Apa kata dunia?

Dan… perwira kavaleri itu menjawab, “Tidak Pak. Tidak pantas untuk Bapak. Kuda yang disediakan harus yang muda dan garang. Dia harus memperlihatkan semangat tempur yang menyala-nyala, dan kuda yang terbaik dari seluruh kelompok.”

Bung Karno yang pelagak, tak berkutik dengan jawaban perwira kavaleri. Rasa cemas ia pendam dalam hati…. hingga, tibalah saat-saat yang dinanti. Terompet telah berbunyi, genderang berderam-deram, pasukan berdiri tegap, dan… Presiden menaiki kudanya. Binatang itu berjalan mengikuti irama musik… dan… menjadi liar. Bung Karno sedikit ciut, tapi ketika ia melihat pasukan yang berbaris rapi yang sedang ia inspeksi… muncullah sifat pelagaknya… Sorak-sorai dan teriakan gembira dari rakyat yang berjejal-jejal di lapangan pawai menghidupkan semangat.

Suasana itu membuat Bung Karno tenang dan sadar… hilang rasa cemas, dan muncul teori-teori berkuda yang telah diajarkan si perwira kavaleri kemarin. Maka, dengan sigap Bung Karno segera memainkan pegelangan, menguasai tunggangannya dengan baik. Bung Karno mengendalikan langkah kuda dengan begitu gagah, sehingga kuda berjalan dengan langkah tenang dan teratur seperti yang dikehendaki. Dan… kuda yang bagus itu tidak pernah menyadari bahwa tuannya lebih gentar menghadapi peristiwa itu daripada binatang itu sendiri. (roso daras)
Melanjutkan..

Bookmark and Share

No comments:

Search

2014 ber-arti.blogger.com | Some rights reserved.


Convert